Jenis-Jenis Sensor Sistem EFI dan Fungsinya
Jenis - Jenis Sensor Sistem EFI dan Fungsinya - Sistem EFI (Electronic Fuel Injection) adalah suatu sistem pada mobil yang berfungsi untuk mengontrol bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam ruang bakar secara elektronik. Kontrol bahan bakar yang dilakukan pada sistem EFI dilakukan dengan tiga mekanisme utama yaitu sensor, kontrol dan aktuator. Sensor pada sistem EFI berfungsi untuk mendeteksi kondisi mesin dan lingkungan. Pada kendaraan keluaran baru yang menggunakan sistem EFI terdapat lebih dari lima sensor yang digunakan.
Setiap sensor akan memberikan data mengenai kondisi mesin dan lingkungan di sekitar mesin. Data - data tersebut akan dikirimkan ke sistem kontrol untuk diolah dan menentukan apa yang harus dilakukan aktuator.
Lalu, apa saja jenis - jenis sensor sistem EFI?
9 Sensor Sistem EFI Beserta Fungsinya
1. Sensor CKP (Cranksharft Position sensor)
Sensor CKP berfungsi untuk mendeteksi putaran crankshaft (RPM Engine) dan waktu pengapian (ignition timing). Sensor CKP akan mendeteksi kecepatan putaran dan posisi piston, sehingga koil dan injektor dapat melakukan fungsinya dengan timing yang tepat. Semakin tinggi putaran kendaraan maka akan semakin cepat kebutuhan terhadap bukaan injektor.
2. Sensor CMP (Camshaft Position Sensor)
Sensor CMP berfungsi untuk mendeteksi putaran camshaft sehingga sensor CMP dapat membaca posisi langkah piston dengan tepat. Mobil akan sulit dihidupkan pada saat terjadi kendala pada sensor CMP karena injektor tidak dapat bekerja sesuai dengan timingnya. Sensor CMP ini bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik.
3. Sensor TPS (Throttle Position Sensor)
Sensor TPS berfungsi untuk mendeteksi sudut bukaan katup. Sensor TPS dipasangkan pada throttle body dan terhubung dengan katup gas (throttle valve). Sensor TPS akan mendeteksi pada saat terjadi perubahan sudut pada throttle valve dan memberikan sinyal listrik ke ECU untuk dilakukan pengolahan data. Hasil pengolahan data dari ECU kemudian akan dikirimkan ke injektor dalam bentuk sinyal listrik dan injektor akan melakukan penginjeksian bahan bakar ke ruang bakar sesuai dengan sinyal listrik yang dikirimkan ECU. Injektor akan membuka dalam waktu yang lama pada saat throttle valve dibuka dengan sudut yang besar sehingga bahan bakar yang diinjeksikan menjadi lebih banyak.
4. Sensor ECT (Engine Coolant Temperature)
Sensor ECT disebut juga dengan WTS (Water Temperature Sensor). Sensor ECT berfungsi untuk mendeteksi temperatur air pendingin. Sensor ECT biasanya ditempatkan pada rumah termostat bagian bawah atau pada blok mesin. Sensor ECT menggunakan detektor tipe NCT (Negatif Temperature Coefisien) yang bekerja pada saat temperatur air pendingin naik maka tahanan (resistansi) pada sensor ECT akan turun, begitu juga sebaliknya pada saat temperatur air pendingin turun maka tahanan (resistansi) pada sensor ECT akan naik. Pada saat mesin mencapai temperatur kerja, sensor ECT akan mengaktifkan kipas radiator.
5. IATS (Intake Air Temperature Sensor)
IATS berfungsi untuk mendeteksi temperatur udara yang masuk ke dalam manifold. IATS dipasangkan pada manifold. Temperatur udara yang dideteksi oleh IATS akan dikirimkan ke ECU dalam bentuk sinyal listrik, kemudian ECU akan menentukan kadar bahan bakar yang harus diinjeksikan. Pada saat udara yang masuk ke dalam manifold temperaturnya dingin maka mesin memerlukan bahan bakar yang lebih banyak.
6. Sensor Oksigen (O₂ Sensor)
Sensor oksigen berfungsi untuk mendeteksi kadar oksigen pada gas buang. Sensor oksigen diletakan pada bagian exhaust kendaraan. Sensor oksigen akan mendeteksi nilai konsentrasi oksigen yang terdapat pada gas buang kemudian memberikan sinyal ke ECU. Sinyal yang diberikan sensor oksigen akan diolah di ECU sehingga ECU dapat menentukan perbandingan campuran bahan bakar dan udara secara optimal.
7. Sensor MAP (Manifold Absolute Pressure)
Sensor MAP berfungsi untuk mengukur tekanan udara yang ada di intake manifold dan mendeteksi kevakuman pada intake manifold. Data yang diperoleh dari pengukuran tekanan udara di intake manifold kemudian akan dikirimkan ke ECU.
8. Sensor AFM (Air Flow Meter)
Sensor AFM berfungsi untuk mengukur kuantitas udara yang masuk ke dalam ruang bakar. Sensor AFM biasanya ditempatkan di antara filter udara dan throttle body. Sensor AFM menggunakan dua metode pendeteksian yaitu pendeteksian secara langsung dan pendeteksian secara tidak langsung. Pada sensor AFM tipe deteksi langsung, pendeteksiannya menggunakan beberapa cara yaitu sensor air flow dengan menggunakan vane, sensor air flow meter tipe karman vortek dan sensor air flow meter dengan pendeteksian berat yaitu dengan hot wire type dan dengan hot file type. Sedangkan untuk sensor AFM tipe pendeteksian secara tidak langsung yaitu sensor air flow meter dengan menggunakan tipe speed density dan sensor air flow meter tipe throttle speed.
9. Sensor Knock (Sensor Ketukan)
Sensor knock berfungsi untuk mendeteksi terjadinya knocking (ketukan). Sensor knock menggunakan komponen piezo elektrik untuk mendeteksi knocking atau getaran pada mesin. Knocking pada mesin dapat terjadi karena adanya pre-ignition yang dapat menggetarkan dinding silinder bahkan suara ketukannya dapat didengar.
Itulah jenis jenis sensor EFI dan fungsinya yang dapat disampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat.
Post a Comment for "Jenis-Jenis Sensor Sistem EFI dan Fungsinya"